Om Nama (h) Shivàya Lima Aksara Brahman Yang Tertinggi

Dasa Aksara

Pemujaan Shiva dalam agama Hindu di Indonesia kita dapati dalam berbagai teks, baik lontar tattwa seperti Buana Kosa, Wrhaspatti tattwa, Tattwa Jnana dan sebagainya;  maupun dalam lontar puja yang kemudian terhimpun dalam buku stuti & stawa.

Mengingat teks yang ada sebagian besar bercorak Siwa dengan menyebutkan Bhatara Siwa sebagai entitas tertinggi maka ajaran Hindu di Indonesia disimpulkan sebagai Siwa Siddhanta yang merujuk pada kalimat dalam prasasti Goa Gajah.

Menurut Prof. Dr I Wayan Sukayasa, M.Si, guru besar pasca sarjana Universitas Hindu Indonesia dalam sebuah webinar yang diselenggarakan oleh UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar dengan judul: TEOLOGI HINDU NUSANTARA [JAWA  KUNA- BALI];  bahwa Hindu di Indonesia (Bali) dengan ajaran Siwa tattwanya memiliki hubungan erat dengan Siwa Purana di India.
 

Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa ajaran Siwa yang berkembang di indonesia termasuk mantram yang digunakan memiliki kesamaan yaitu bercorak Siwa.

Misalnya dalam mantram pemujaan Surya dikatakan bahwa Surya hakikatnya adalah Siwa (Siwa Raditya); pemujaan kepada Tri Murti dengan menyebutkan Tri Murti sebagai Brahma Wisnu Iswara yang diakhiri dengan Om Namashivaya yang menyatakan bahwa Tri Murti hakikatnya adalah Shiwa. Demikian pula Agni didalam naskah Agastya Parwa dikatakan sebagai Sang Hyang Siwa Gni.

Dalam mantram pertiwi pun dikatakan bahwa Ibu Pertiwi memeiliki sebutan Siwa Bumi. Dengan demikian secara keseluruhan semua ista Dewata didalam teks lontar di Indonesia  bercorak Siwa.

Uraian tentang penggunaan Pañcãksaram (Om Namashivaya) juga terdapat dalam teks puja di Indonesia, yang menunjukan bahwa mantram ini juga telah menyatu dengan masyarakat Indonesia, namun sayangnya mantram ini kebanyakan hanya digunakan oleh sulinggih atau pemangku saja, yang mana sangat mungkin dilakukan untuk menjaga kesakralan dari mantam ni.
 

Anjuran pengulangan Pañcãksaram ini terdapat dalam petikan mantram stuti & stawa yang merupakan mantram para sulinggih di bali yang memuat tentang Pañcãksaram.

 

A. Pañcãksaram idam punyam


1. Om Pañcãksaram idam punyam,
pavitram pàpa-nàsanam
pàpa-koti-sahasrànàm,
agàdham bhava-sàgare.

Terjemahan:

Ini adalah Mantra lima-sukukata (Pañcãksaram ) yang memberkahi,
sebuah  alat-pembersih yang menghancurkan kejahatan;
yang meredakan ribuan juta kejahatan;
suatu arungan di dalam samudera hidup (eksistensi).

2. Om Deva-pùjàm karisyeta,
sarva-pàpa-klesa-punyam
dìrghãyusam api sàntam,
bhukti-làbham avàpnuyàt.

Terjemahan:
Orang seharusnya melaksanakan kebaktian atas para dewa; [ia mengubah-bentuk] semua kejahatan dan semua noda menjadi hal-hal yang menguntungkan; orang akan mendapatkan umur-panjang, keamanan / keselamatan melawan / terhadap magis hitam, dan keuntungan dari kebaikan kebendaan (materialgoods).


Dalam dua bait Pañcãksaram idam punyam kita dapat melihat keagungan dari Namashivaya mantram lima akasara yang penuh karunia (berkah) diantaranya:

1. Pawitram: alat-pembersih yang menghancurkan kejahatan (pàpa-nàúanam) yang jumlahknya ribuan juta

2. Sebuah mantra yang penuh karunia untuk mengarungi samudra kehidupan, artinya mantram ini merupakan alat menyebrangi samudra samsara atau mengantarkan seseorang mencapai moksa.

3. Adalah keharusan bagi setiap orang (yang ingin mencapai pembebbasan) untuk melakukan pemujaan terhadap Dewata (Namashivaya) yang mengubah semua kejahatan dan semua noda menjadi hal-hal yang menguntungkan (sarva-pàpa-kleúa-puóyam);

4. Pahala lain (dari pemujaan lima aksara) adalah panjang umur, kerahayuan/ keselamatan dari ilmu hitam;

5. Memperoleh keuntungan dari kebaikan kebendaan / duniawi/ material (bhukti-làbham avàpnuyàt)

B. Pujian Pañcãksaram mahà-tìrtham

1. Om Pañcãksaram mahà-tìrtham,
pavitran pàpa-nàsanam
pàpa-koti-sahasrànàm,
agàdham bhavet sàgaram.

Terjemahan:
Mantra lima sukukata dalam suatu Air Suci yang termashur,
suatu alat-pembersih dan penghancur kejahatan;
ia adalah sebuah samudera yang tidak-dapat-diduga bagi ribuan juta kejahatan1.

2. Om Pañcãksaram para-brahman,
pavitram pàpa-nàsanam
mantrãntam parama-jñànam,
Siva-loka-pradam subham.

Terjemahan:
Mantra  lima sukukata adalah sang Brahman Tertinggi,
suatu alat-pembersih dan penghancur kejahatan;
keseluruhan jumlah mantra-mantra itu, kebijaksanaan tertinggi,
ia adalah keramat / menguntungkan dan memberikan duniaNya sang Shiva.

3. Namah Shivàya ity evam
para-brahmãtma-sevanam
para-shakti pañca-devam,
pañca-Rsyam bhaved Agni.

Terjemahan:
Dengan kata-kata ” Namah Shivàya” ia menyembahyangi sang Brahman Tertinggi Yang adalah sang Àtman;
Ia adalah sang Tenaga Tertinggi; sang Panca Dewata;
kelompok dari sang Lima Rsi; Ia adalah sang Agni.


Pada Pujian Pañcãksaram mahà-tìrtham (Nama Shivaya) dikatakan sebagai maha tirta yang termasyur. Hal ini menunjukan mantram Pañcãksaram Nama Shivaya  adalah mantram yang sangat dikenal pada zamanya (masa mantram ini ditulis) dan hinga kini mantram ini sangat digemari oleh para penganut Siwa. Hampir sama dengan mantram Pañcãksaram idam punyam dalam petikan mantram Pañcãksara mahà-tìrtham juga dikatakan sebagai pawitram suatu alat-pembersih dan penghancur kejahatan dan jutaan ribu dosa-dosa.

Dalam bait kedua lima aksara  Na-Ma-Shi-Va-Ya dikatakan sebagai lima sukukata tiada lain adalah sang Brahman Tertinggi. Ia adalah Brahman itu sendiri sebagai penghancur kejahatan sejalan dengan meruwat sifat buruk, negatif, jahat menjadi kebaikan.
 

Ia adalah perwujudan dari kebijaksanaan tertinggi (parama-jñàna), oleh karena itu pahala kebijaksanaan akan mengalir pada mereka yang senantiasa merenungkan lima akasara Brahman ini. Mantram ini bersifat  keramat (sakral & rahasia) yang mampu mengantarkan pemujanya mencapai Siwa Loka.

Dalam bait ketiga lima aksara ini dikatakan sebagai para-brahmãtma yaitu aksara brahman yang hakikatnya adalah atman. Disinilah sering kita dengar bahwa atman sejatinya sama dengan Brahman yang sering kita dengar dalam ungkapan upanisad sebagai “Brahman atman aikhyam”  Oleh karena itulah mantram ini sangat sejalan dengan theologi Hindu secara umum dimana moksah menjadi tujuan tertinggi akan tercapai manakala atman sadar akan jati dirinya (yan matutur ikang atma ri jatinia).

Ia (Na-Ma-Shi-Va-Ya) adalah sang Tenaga Tertinggi dan perwujudan dari lima dewata (Para-Shakti pañca-devata). Sebagai para-shakti dia adalah energi atau kekuatan tertinggi dari Brahman. 

Merujuk pada lima aksara ini sebagai daya atau kekuatan tertinggi dapat dibandingkan dengan ilmu fisika modern yang mengungkap bahwa piramid adalah bentuk yang paling sesuai dengan energy, dan merupakan bangunan yang paling besar energinya (bandingkan dengan kata para-shakti yang artinya kekuatan tertingi). Jika dibandingkan dengan konsep pengider dewata nawa sangha sebagai berikut:

  1. Sa berada di timur; 
  2. Ba berada di selatan;
  3. Ta berada di barat;
  4. A berada di utara; 
  5. I berada di tengah-bawah. 
  6. Na berada di tenggara; 
  7. Ma berada di barat daya;
  8. Shi berada di barat laut;
  9. Va berada di timur laut; 
  10. Ya berada di tengah-atas


Disamping sebagai para-Shakti  atau lima daya energi tertinggi juga dikatakan sebagai Pañca-Rsi. Dengan gelar pañca Rsi lima aksara Brahman ini juga dipandang yang mengetahui atau yang melihat masa lalu masa kini masa depan (atita-wartamana-anagata) hal ini erat kaitanya dengan lambang tri netra pada penggambaran Siwa dijaman purana.

Dengan daya Panca Rsi ini Na-Ma-Shi-Va-Ya adalah sumber pengetahuan karena Dia (Sang Pancaksara) adalah yang maha mengetahui.

Bagi mereka yang senantiasa merenungkan Na-Ma-Shi-Va-Ya pengetahuan akan mengalir.

Na-Ma-Shi-Va-Ya  juga adalah Agni yang dikenal dalam Reg Veda I.1 sebagai purohitam atau pendeta tertinggi dan juga sebagai pendeta tertua. Hal ini menyatakan bahwa lima aksara ini sebagai yang terpurba atau Iswara dari segala yang ada.  

Dengan pujian ini Na-Ma-Shi-Va-Ya merupakan manifes dari agni dalam Reg Veda yang hadir dalam puja stawa kasulinggihan di Bali. Hal ini juga menyatakan bahwa Hindu di Bali juga bersumber pada Weda dan hingga kini tetap menyimpan semangat Weda.  

Om Nama (h) Shivaya 

I Gede Adnyana, S.Ag
Penyuluh Agama Hindu Kota Bontang

Posting Komentar untuk "Om Nama (h) Shivàya Lima Aksara Brahman Yang Tertinggi"