Bangkit Dari Kesulitan Hidup
Bangkit Dari Kesulitan Hidup-GITA II.
Setiap manusia memiliki misi tujuan didalam hidupnya. Manusia saling melengkapi antara satu dengan lainya. Itulah sebabnya begitu banyak sifat, talenta, pekerjaan yang disebabkan oleh jalinan tri guna. Jalinan Tri Guna ini menimbulkan sifat-sifat yang berbedabeda, hingga ketertarikan terhadap dunia inipun berbeda.
Dalam perjalanan hidup yang diwarnai dengan berbagai persolan yang dihadapinya
menjadikan manusia bertumbuh dewasa. Ada kalanya pengalaman hidup itu terlihat biasa-
biasa saja namun bagi yang mengalaminya bisa jadi luar biasa. Pengalaman Arjuna dapat
dikatakan sebagai pengalaman yang luar biasa yang mewakili persoalan paling rumit dan
paling menguras air mata.
Namun demikian betapapun sulitnya persoalan hidup ini seseorang hendaknya dapat
dengan cepat mengambil keputusan terbaik. Bayangkan saja hanya dalam beberapa saat Arjuna
yang lunglai harus memutuskan untuk berperang melawan saudara, guru dan bahkan
kakeknya. Keputusan semacam itu menjadi penting didalam hidup, sebagai cermin bahwa
suatu saat jika seseorang dihadapkan pada hal seperti itu juga memerlukan tingkat berfikir
dengan analisa yang harus benar-benar matang. Berikut dialog Arjuna dan Krshna:
sañjaya uvāca
taṁ tathā kṛpayāviṣṭam
aśru-pūrṇākulekṣaṇam
viṣīdantam idaṁ vākyam
uvāca madhusūdanaḥ
Terjemahan:
Madhusùdana berkata kepada Arjuna yang diliputi rasa belas kasihan dengan pelupuk
mata digenangi air mata oleh rasa remuk redam dalam hati, sebagai berikut (BG. II.1)
Terjemahan:
śrī-bhagavān uvāca
kutas tvā kaśmalam idaṁ
viṣame samupasthitam
anārya-juṣṭam asvargyam
akīrti-karam arjuna
Terjemahan:
Sri Bhàgavàn bersabda :
Pada saat kesulitan seperti ini, darimanakah kedukaan dan kelemahan hati datang, dan sesungguhnya bukan sifat satria, tidak luhur dan memalukan serta menjauhkan diri dari orang, wahai Arjuna (BG. II.2)
Terjemahan:
klaibyaṁ mā sma gamaḥ
pārtha naitat tvayy upapadyate
kṣudraṁ hṛdaya-daurbalyaṁ
tyaktvottiṣṭha parantapa
Terjemahan:
Wahai Arjuna, janganlah kau biarkan kelemahan itu, sebab itu tidak sesuai bagimu. Lenyapkanlah kelemahan dan rasa takut itu, bangunlah wahai pahlawan yang menggetarkan musuh (BG. II.3)
arjuna uvāca
kathaṁ bhīṣmam ahaṁ sāṁkhye
droṇaṁ ca madhusūdana
iṣubhiḥ pratiyotsyāmi
pūjārhāv ari-sūdana
Terjemahan:
Arjuna berkata :
Wahai Madhusùdana, bagaimana mungkin saya bisa menyerang Bhìsma dan Drona
dengan panah dalam pertempuran ini; mereka yang patut saya hormati, wahai Krshna
(BG. II.4)
gurūn ahatvā hi mahānubhāvān
śreyo bhoktuṁ bhaikṣyam apīha loke
hatvārtha-kāmāṁstu gurūn ihaiva
bhuñjīya bhogān rudhira-pradigdhān
Terjemahan:
Dari pada membunuh guru yang mulia didunia ini akan lebih baik menjadi pemintaminta, walaupun mabuk duniawi, tetapi tetap menjadi guru saya, sedangkan dengan membunuh mereka berarti hidup berlumuran darah. (BG. II.5)
Dalam dialog awal antara Krishna dan Arjuna pada bagian Samkhya Yoga ini terlihat
bagaimana Krishna merasa iba kepada Arjuna. Kesedihan Arjuna disebabkan karena harus
berhadapan dengan situasi dimana ia harus berperang menghadapi saudara, guru dan bahkan
kakeknya. Kelemahan Arjuna tentu akan berpengaruh terhadap hasil peperangan. Karena itu
Krshna berupaya memberikan motivasi betapa pentingnya menegakan kewajiban seorang
ksatrianya.
Dalam situasi yang rumit kita diharapkan untuk tetap bijaksana agar keputusan kita
tetap berjalan pada jalan dharma. Kebenaran berada diatas segalanya karena itu sebuah
keputusan setelah ditimbang-timbang etap harus memperhatikan aspek dharma. Agar dalam
sebuah keputusan yang sulit seseorang dapat memutuskan dengan baik dia memerlukan Tuhan hadir untuk memberikan pencerahan akan hal persoalan yang akan diputuskan. Kehadiran Krshna mewakili kehadiran Tuhan yang mana dalam dialog hidup dapat saja berasal dari sahabat, saudara, orang asing atu bahkan musuh sekalipun dan yang terpenting adalah melibatkan sisi rohani melalui penyerahan diri kepada Tuhan baik melalui meditasi, sembahyang maupun perenungan.
Apa yang terdapat dalam bait pertama tri sandhya adalah sebuah solusi tentang bagaimana pentingnya berfikir jernih sehingga segala keputusan kita adalah yang terbaik. Doa memohon inspirasi benar-benar diperlukan untuk sebauah keputusan bijak didalam perjalanan hidup setiap harinya.
Tat savitur varenyam
bhargo devasya dhīmahi
dhiyo yo nah pracodayāt
Terjemahan:
Marilah kita pusatkan pikiran pada kecemerlangan Tuhan semoga ia limpahkan penerangan pada budhi nurani kita.
Sebagai Ibu dari segala mantra Veda, gayatri memiliki kekuatan untuk memperoleh
berbagai anugrah. Atarwa Weda Kanda XIX. Sukta 71. mantra 1 yang menjelaskan sebagai
berikut:
Stuta maya varada veda mata,
Pracodayantam pawamani dwijanam
Ayuh pranam prajam pasum
Kertim dravinam brahmavarcanam
Mahyam dattva vrajata brahmalokam
Terjemahan;
Gayatri Mantram yang diakhiri dengan kata pracodayat adalah Ibunya empat Weda, yang menyucikan semua dosa para dwija, Oleh karena itu selalu ucapkan mantra tersebut, Gayatri Mantra ini pemberi panjang umur, prana dan keturunan yang baik, pelindung dari sifat binatang, pemberi kemashyuran, pemberi kekayaan dan pemberi cahaya yang sempurna, mengantarkan menuju alam Brahma.
Dengan demikian sedikitnya ada sembilan manfaat yang sangat luar biasa yang diperoleh bagi mereka yang senantiasa melantunkan gayatri mantra antara lain:
1. Yang menyucikan semua dosa orang suci (dwija),
2. pemberi panjang umur (Ayu),
3. Daya Hidup Yang Kuat (Prana)
4. Keturunan yang baik (Prajam)
5. Pelindung dari sifat binatang (Pasum)
6. Pemberi kemashyuran (kertim)
7. Pemberi kekayaan (dravinam)
8. Pemberi cahaya pengetahuan yang sempurna, (Brahma varcanam)
9. Dan pada akhir dari kelahiran mengantarkan sang jiwa mencapai alam abadi (Brahma Loka).
Tentang kapan dan bagaimana melakukan pemujaan gayatri mantra Mānava Dharmaśāstra II.101 mengungkapkan:
पर्व सध्य जप lतिष्ठि साlर्वत्रीम आर् दeनाि
पlिमाम ि समासीनः सम्यग ऋक्ष lर्वभार्वनाि
pūrvaṁ saṁdhyaṁ japaṁ stiṣṭhet sāvitrīm ārka darśanāt paścimām tu samāsīnaḥ samyag ṛkṣa vibhāvanāt
Artinya:
Hendaknya ia berdiri diwaktu subuh mengu-capkan mantra Sāvitrī sampai matahari terbit, tetapi diwaktu sore boleh dengan cara duduk sampai cakrawala tampak dengan jelas. (Mānava Dharmaśāstra II.101)
Gayatri mantram hendaknya dijapakan pada pagi hari (brahma muhurta) atau dalam istilah Bali disebut galang kangin sampai dengan matahari terbit. Hendaknya pula dilakukan dengan sikap berdiri atau padāsana. Sedangkan disore hari dapat dilakukan dengan duduk pada waktu senja kala. Hal ini menunjukan bahwa pemujaan Sawitri dipagi hari memiliki nilai tersendiri sehingga seseorang diharapkan berdiri dalam memberikan penghormatan.
I GEDE ADNYANA, S.Ag
Penyuluh Agama Hindu Kementerian Agama Kota Bontang.
Posting Komentar untuk "Bangkit Dari Kesulitan Hidup"
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar, kritik maupun saran berkaitan dengan artikel diatas secara positif. Umat dapat berpartisipasi mengirimkan artikel melalui admin untuk melalui tahap moderasi sebelum tayang. Terima kasih atas partisipasi anda.